Minggu, 14 Desember 2008

Aku, seburuk itukah?

CERMIN (Cerita Mini)

Lilith begitulah namaku, indsah bukan? Entah mengapa, aku selalu merasa sendirian, kesepian tinggal di dunia ini. Walaupun aku memiliki teman, saudara, keluarga, tapi aku masih merasa kekurangan. Salah satunya kekurangan teman, setidaknya aku mempunyai teman baik tidak lebih dari lima orang. Dab untuk mendapatkan mereka, susah sekali.


Aku sadar, bahwa aku bukanlah pribadi yang menyenangkan. Aku tidak pintar mengambil hati teman dan aku pun tidak cantik. Tapi aku selalu berusaha untuk menjadi orang yang menyenangkan, dapat menghibur teman dan menjadi pendengar yang baik bagi teman-temanku yang ingin curhat kepadaku. Tapi nampaknya aku bukanlah kriteria untuk menjadi teman mereka.


Pada saat aku berada dibangku SMP kelas satu, aku mempunyai teman baik berjumlah enam orang. Apabila ada pembagian kelompok untuk mata pelajaran tertentu, kita selalu berenam. Dan saat istirahat pun kita selalu makan bersama. Tapi saat kenaikan kelas tiba, kita berpencar tidak sekelas lagi. Kita pun tidak pernah bersama-sama lagi seperti kelas satu. Hubungan persahabatan kami pun hancur karena masing-masing sahabatku mempunyai teman baru di kelas mereka masing-masing. Akhirnya tersisalah aku dan seorang sahabatku yang masih menjaga hubungan persahabatan kami.


Di kelas dua, kita sekelas dan selalu bersama-sama. Hanya dialah teman baikku di SMP ini yang bias mengerti dan memahamiku. Rasanya apabila ia tidak sekolah sehari, aku merasa sangat kesepian dan meeasa kehilangan. Aku mencoba untuk mencari teman baru, tapi pembicaraanku dan mereka selalu tidak searah. Aku selalu mencoba untuk menjadi pendengar yang baik bagi mereka, tapi mereka tidak pernah mendengarkan omonganku atau pun curhatanku. Mereka tidak sama seperti Elsie sahabatku.


Saat Elsie tidak masuk sekolah seminggu karena sakit, aku merasa sedih sekali. Ditambah saat ada pembagian kelompok, aku selalu merasa tersisihkan. Teman-teman sekelasku tidak pernah mengingatku untuk dimasukkan kedalam kelompok mereka. Apakah karena aku tidak pintar? Menurutku nilai-nilaiku sangat bagus (bukan berarti aku sombong). Apa karena aku jelek? Seburuk itukah aku di mata mereka? Kulitku memang hitam manis (begitulah kata orang-orang), rambutku ikal dan mengembang, tentu di mata mereka aku tidak menarik. Tapi aku sangat bersyukur kepada Tuhan tentang keadaanku seperti ini.


Hal yang sangat menyakitkan dalam hidupku pun tiba/ Saat beranjak kelas tiga SMP, aku sekelas kembali dengan Elsie tentu aku sangat senang sekali. Tapi hubungan persahabatan kami makin lama makin memburuk. Entah mengapa sifat Elsie kepadaku berubah drastic. Ia menjadi sangat dingin kepadaku. Biasanya kita selalu pergi kekantin bersama, tapi kini ia tidak pernah mau pergi bersama denganku lagi. Ia pun suka bergaul dengan teman-teman yang lain tanpa mengajakku. Ya aku akui, Elsie memang cerdas dalam bergaul dan menarik perhatian teman-teman barunya. Sebentar saja ia sudah mendapatkan teman-teman baru atau bisa dibilang geng baru. Tidak sepertiku, aku cenderung sebagai gadis yang pendiam. Dan tidak mudah bergaul.


Suatu hari Elsie pun pindah tempat duduk. Ia enggan duduk sebangku lagi denganku. Aku selalu menanyakan pada dia, mengapa sifatnya kepadaku menjadi berubah dan ia menjadi menjauhiku. Aku pun meminta maaf pada dia apabila aku menyakiti hatinya. Tapi ia tidak menggubris permintaan maafku dan tidak pernah menjawab atau menjelaskannya. Ya Tuhan, aku semakin merasa sendirian dan kesepian. Tidak ada teman yang bisa mengerti diriku lagi. Memang banyak teman di kelasku atau pun di luar kelas, tapi mereka sepertinya enggan menjalin hubungan persahabatan denganku. Mereka mengobrol denganku hanya pada saat mereka butuh saja, selebihnya mereka tidak pernah berbicara atau berteman denganku. Apakah ada yang aneh dengan diriku?


Aku mulai merasa jenuh di sekolahku. Ditambah lagi saat tidak ada guru, murid-murid pasti mengobrol dengan sahabatnya masing-masing atau dengan kelompok mereka masing-masing. Aku selalu mencoba untuk bergabung dengan mereka, tapi setiap yang mereka bicarakan selalu tidak dapat ku mengerti, karena mereka hanya membahas masalah-masalah seputar mereka saja jadi tidak ada hubungannya denganku. Walaupun aku ikut bicara, mereka seakan-akan tidak mau aku ikut campur dalam urusan mereka.


Walaupun aku mendapatkan teman-teman baru, tapi mereka tidak pernah mengajakku jalan bersama, pergi main, atau mengajakku untuk satu kelompok dengan mereka apabila ada pembagian kelompok pada salah satu mata pelajaran. Aku bukanlah teman yang penting bagi mereka. Aku selalu berfikir bahwa ini hanyalah perasaanku saja, tapi ternyata kenyataannya memang benar, mereka hanya menganggapku sebagai teman biasa dan tidak pernah mau berteman lebih dekat denganku. Apakah karena aku tidak mengasyikkan untuk dijadikan teman atau karena aku jelek? Teman-teman wanitanya saja tidak mau berteman denganku, apalagi teman-teman laki-laki, mereka mendekatiku saat mereka perlu saja. Seburuk itukah aku di mata mereka?


Disaat guru tidak masuk untuk mengajar, aku duduk sendirian karena tidak ada yang mau duduk bersamaku. Ya walaupun ada mereka hanya sesekali duduk bersamaku. Teman-teman sekelasku sibuk mengobrol dengan teman dekatnya masing-masing. Begitu pula dengan Elsie, ia pun sibuk mengbrol dengan teman dekat barunya. Hatiku sakit sekali menghadapi hali ini, sangat sedih. Aku sudah bekerja keras untuk berbaur dengan mereka, tapi mereka tidak pernah menganggap ku ada disaat aku berbaur dengan mereka. Apa ada yang salah denganku? Aku selalu menghibur diri dengan membaca buku pelajaran dikelas, alhasil aku dijuluki anak paling rajin dikelas.


Sejenak aku merenung didalam kelas. Kenapa aku harus bersedih, aku masih mempunyai Tuhan. Ia adalah sahabat yang paling baik didunia dan kekal untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah meninggalkanku. Dan aku percaya suatu hari aku pun akan mendapatkan sahabat yang lebih baik dari Elsie. Saat pesta kelulusan sekolah yang diselenggarakan diluar kota, aku tidak ikut menghadirinya. Karena aku pikir, disana pasti aku sendirian. Aku bingung, kepada siapakah aku dapat mengekspresikan rasa senangku ini sedangkan aku tidak mempunyai seseorang yang sangat dekat denganku. Dan sampai hari kelulusan ini pun aku tidak tahu apa alasan Elsie yang menjauhiku dan aku pun tidak pernah berbicara dengannya lagi.


Aku senang sekali sudah lulus dari SMP yang menjenuhkan ini. Dan dari semua masalah yang aku hadapi di SMP ini, aku ,mendapatkan sebuah pelajaran yang selalu aku kenang. Aku harus bisa tampil percaya diri untuk memperoleh teman, tidak takut untuk berubah menjadi sosok pribadi yang lebih baik lagi dan aku harus menghargai sosok seorang sahabat tanpa pandang bulu.


Kehilangan sahabat seperti kehilangan salah satu mata kita. Apa yang kita jalani serasa tidak seimbang lagi. Walaupun muncul sosok sahabat yang baru, ia tidak akan pernah sama dengan sahabat yang dulu dan kehadiran sahabat yang lama tidak akan pernah tergantikan dan tidak akan pernah terlupakan, walaupun telah muncul sosok sahabat yang baru. Begitu pun denganku, aku tidak akan pernah dan tidak akan bisa melupakan hari-hari bahagia, susah dan disetiap kebersamaanku dengan Elsie.

Created by : Nalucu